Mengalah Untuk Menang

Pernah terbersit di telinganya kata-kata tajam, ancaman, makian ditambah hujan prasangka yang begitu deras serta badai merendahkan, menyepelekan dan menghinakan kerap menerpa mentalnya. Aku pun berempati padanya merefleksikan pada diri betapa nasibnya begitu pahit dan perih dalam menjalani scenario Tuhan di dunia yang fana dan mengerikan.

Hari-hari yang dilaluinya ibarat kelam malam yang tak berangsur fajar. Raut muka yang dimilikinya sekarang jauh berbeda dengan parasnya sebelum bertemu dengan manusia bermulut ular berhati pisau. Aku bingung bercampur tanya apa yang sudah ia lakukan sehingga neraka dunia menerpanya padahal yang kukenal darinya tiada lain adalah keshalihahan, baik, ceria, rajin, cerdas, penurut dan menjaga diri dari pergaulan. 

Tapi Aneh! sejak bertemu Tuan keji naas hidupnya dalam keterpurukan, kesunyian dan minimnya percaya diri untuk muncul walau hanya bertegur sapa dengan ku sebagai teman sekaligus tetangga terdekatnya.

Aku penasaran dan meneduhkan hati atas segala pertanyaan yang tak kutemui setiap jawabannya! Hingga suatu ketika saat berpapasan di depan masjid kutarik tangannya dan segera ku lontarkan beberapa kalimat untuk ku ketahui darinya sambil ku bujuk “kita teman sejak lama, dan saling menjaga rahasia”. 

Tiba-tiba ia pun langsung memelukku dengan erat dan berkata “aku baik-baik saja” gwenchana!

“what” kataku. “Kamu berubah teman mana keceriaan mu? mana senyummu, wajahmu tak bisa membohongiku?! Bicaralah kiranya dengan berbagi kesulitan akan meredakan lautan masalahmu!”

Ia pun langsung memberikan pernyataan yang menusuk jantung hatiku bukan aku kesal dan benci malah semakin menghormatinya lebih dari sebelumnya. “Kawan, aku terima segala yang ku alami dalam dera cobaan rumah tanggaku, karena aku yakin pada Allah Sang Maha Mengawasi,” 

“aku yakin pada Sifat Ar RahimNya ketika aku jauh dari kasih sayang manusia aku akan tetap mengasihinya dan orang sekitarnya, 

“ketika aku direndahkan aku akan berusaha bangkit walau sakit karena ku yakin atas Sifat Al ‘Aly Nya yang akan mudah meninggikan hambanya sekalipun dunia merendahkannya”

“ketika aku dihina aku akan belajar kuat sebagaimana Allah Maha  Terpuji yang kelak akan memuji hambanya yang ikhlas berhadapan dengan kondisi ini dan ketika dia memarahiku, memakiku karena urusan sepele aku yakin Allah maha melembutkan hati Ya Latif maha penyabar As shobur yang akan melapangkan dadaku dengan kelembutan hati dan kesabaran.” 

“Sejauh manapun cobaan menerpaku aku akan bertahan,  Mengapa? Karena aku masih melihat dia sebagai imam di hidupku mulutnya seringkali kasar hatinya tajam tapi ia masih mampu menahan tangan dan seluruh tubuhnya untuk menyakitiku secara fisik, bagaimana tidak dia masih melaksanakan kewajibannya sebagai Hamba Tuhan dan ia tidak mengkhianati ku.”

Air mataku bercucuran mendengar penjelasannya “sungguh”? bagaimana bisa kamu sekuat ini teman sementara kamu tak Nampak Bahagia.

Bahagia maupun tidak Nampak di wajahku ini hanya kefanaan tapi batinku lebih tenang dibanding wajahku. kini kawan, tahukah kamu? “doaku ibarat air di sungai nil setinggi gedung tertinggi pencakar langit dan sedalam penambangan sumber daya alam bawah tanah terpendam, Ya Latifal Qolbi…. Ya Muqollibal qulub tsabbit qolbi ‘ala dinik, aku takkan Lelah untuk mendoakannya sebagaimana pun mentalku sedang tersakiti”

Kawan taukah kamu? “perlahan doaku pasti akan terkabul, kawan bersabarlah, kuatlah aku begini aku mengalah untuk menang. Aku yakin dengan janji Allah terhadap orang yang berserah diri dan bersabar atas segala yang terjadi Semangat kawan…kini aku belajar menerima segala takdirku sambil berusaha agar aku menjadi pribadi yang selalu memperbaiki diri.

Aku yang Kembali tersedu-sedu padahal sejak awal aku yang ingin menasihatinya malah dia yang lebih tegar dariku, oh sahabatku Siti Shalihah betapa kamu orang yang bersyukur dan lapang dada! Namamu begitu pantas kau sandang melekat dalam jiwamu.

Kamu tampak kalah secara kasat manusia tapi menang secara maknawi dalam makrifat yang abstrak tak terlihat terhijabi oleh pandangan mata yang penuh keterbatasan. 

Terimakasih atas pesan-pesan dan nilai-nilai moral etika kehidupan yang kau berikan untukku alangkah berarti!

Cerita ini sebagai bahan renungan! 

Banyak makna tersirat dalam setiap kalimat semoga kita dijadikan orang yang bersabar, bersyukur dan pantang menyerah untuk selalu berdoa yang terbaik tawakal menyerahkan sepenuhnya segala urusan kepada Allah Swt. 

Selamat memetik pelajaran dan hikmah cerita tersebut.

Fitri Shofiyatun Nafidzah

Garsel, 12 Oktober 2023.

#motivasikehidupan #suarahatiperempuan #kisahnyata #cerpen #cerpenislami



Komentar

Postingan populer dari blog ini

ILMU LALAT

Rezeki Langit

Motivasi Informatif